
انَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ،
فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ
اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ
الْكَرِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah..
Sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa meningkatkan
ketakwaan dan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai
nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu. Perlu kita sadari bahwa nikmat
dari Allah ini bukan hanya dalam bentuk materi saja. Nikmat kesehatan,
kesempatan, Islam dan iman lebih berharga dari sekedar nikmat materi yang kita
miliki.
Bayangkan, bagaimana rasanya jika harta banyak namun tidak bisa
menikmatinya karena sakit-sakitan. Bagaimana rasanya jika jabatan tinggi namun
hati tidak merasa tenang. Oleh karenanya, sebagai seorang makhluk, kita harus
menyadari bahwa ada yang memiliki segalanya dari kita dan berhak atas segala
perjalanan kehidupan kita di dunia ini yakni sang khalik, sang Pencipta, Allah
SWT.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah..
Di era modern saat ini banyak manusia semakin menunjukkan sikap
hedonis. Sebuah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi
bahagia jika bisa mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup.
Pandangan ini mengakibatkan manusia berusaha mencari kebahagiaan
dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai daya upaya.
Cara-cara mendapatkan harta pun tidak mempedulikan norma-norma agama dan aturan
yang ada. Halal haram tabrak saja yang penting harta banyak dan kebahagiaan
bisa dirasa.
Saat ini juga kita rasakan banyak manusia yang mementingkan
kuantitas dari pada kualitas harta. Manusia modern mementingkan jumlah daripada
berkah harta yang dimiliki. Ini terlihat dari orientasi hidup dan prinsip
manusia saat ini yang beranggapan bahwa hidup dan rezeki adalah matematika
yakni satu tambah satu sama dengan dua.
Padahal rezeki dalam kehidupan ini tidak bisa dihitung dengan
ilmu matematika. Dalam hidup terkadang 1+1 memang 2, namun bisa saja 1+1=11
atau 1+1 bisa jadi 0. Banyak yang bermodal besar tapi tidak mendapat untung
besar dalam usaha. Sementara banyak yang usaha kecil tapi rezeki terus
mengalir. Itu adalah rahasia Allah SWT.
Banyak kita lihat orang bekerja, pergi pagi pulang sore, peras
keringat, banting tulang, sampai-sampai berani meninggalkan shalat dan ibadah
wajib lainnya namun kehidupan ekonominya begitu-begitu saja. Sementara ada yang
bekerja dengan biasa-biasa saja, bisa menjalankan ibadah dengan tenang, namun
rezeki yang didapatnya terus mengalir dan berlipat ganda.
Ini menjadi renungan kita bersama bahwa Allah SWT telah
memberikan rizki berupa harta kepada masing-masing manusia. Rezeki manusia tak
akan tertukar dengan rezeki orang lain. Yang terpenting dari kita adalah harus
terus berusaha dengan baik seraya berdoa dan menyadari bahwa Allah telah
membagi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki. Allah Ta’ala berfirman
dalam Surat Ali ‘Imran ayat 37:
إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.”
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah
Segala hal terkait dengan rezeki yang sudah didapatkan haruslah
kita syukuri. Dengan syukur, kita tidak lagi selalu menghitung-hitung jumlah
harta yang kita miliki. Harta adalah washilah (lantaran) saja untuk kita bisa
beribadah dengan tenang kepada Allah. Karena perlu dicatat dan diingat bahwa
tugas utama kita hidup di dunia ini adalah memang untuk beribadah menyembah
Allah SWT sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Syukur ini akan membawa kita tenang dalam menghadapi kerasnya
kehidupan dunia. Walau sedikit harta yang dimiliki, jika kita bersyukur, kita
akan hidup dengan tenang bersama keluarga. Sebaliknya, biar pun bergelimang
harta, tapi rasa syukur tak ada, maka kegersangan hidup dan ketidaknyamanan
akan selalu terasa dalam langkah kehidupan kita.
Syukur akan membuahkan hasil yang manis karena dengan bersyukur
Allah akan menambahkan nikmat yang telah diberikan kepada kita. Allah berfirman
dalam Surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan,
“Sesungguh¬nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada
kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.”
Banyak di zaman sekarang ini orang yang hanya memikirkan jumlah
gaji pekerjaan yang ia lakukan. Jika kita renungkan sebenarnya gaji atau
pendapatan itu tidak ada apa-apanya dibanding gaji yang telah diberikan Allah
kepada kita semua. Logika matematis dalam menyikapi harta ini lambat laun akan
melupakan esensi dari status harta itu sendiri. Perlu kita sadari bahwa harta
hanya titipan dari Allah yang suatu waktu akan hilang dari kita dan diambil
oleh yang paling berhak memilikinya.
Kesadaran bahwa harta hanya sebuah titipan ini akan memunculkan
sikap senang berbagi, bersedekah dan berzakat. Kita tak perlu khawatir jika
kita memberikan harta kita kepada orang lain, harta kita akan jadi berkurang.
Sekali lagi hidup bukanlah matematika. Sesuatu yang kita berikan kepada sesama,
pada suatu hari pasti akan kita dapatkan kembali karena hakikat memberi adalah
menerima.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah
Di akhir khutbah ini mari kita renungkan Al-Qur’an Surat
Ath-Tholaq ayat 2-3:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (3)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar (2). Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (3)”
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa jika kita ingin
hidup dalam ketenangan maka hiduplah dalam ketakwaan dengan menjalankan segala
perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Selain akan diberikan ketenangan hidup
dan jalan keluar dari segala permasalahan di dunia, jika kita bertakwa, kita
juga akan diberi rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga.
Jika kita betul-betul percaya (tawakal) kepada Allah, sungguh
Allah akan memberikan kita rezeki seperti burung yang pergi pada pagi hari
dalam keadaan lapar dan kembali pada sore harinya dalam keadaan kenyang.
Yakinlah, Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ !
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَ
0 Komentar