Idul Adha, Kisah Pengorbanan, dan Keutamaan Berkurban
Pagi itu, langit tampak cerah. Angin berembus pelan. Di sebuah padang tandus, seorang ayah menggandeng tangan anaknya. Wajah sang ayah tegas namun penuh rasa haru. Sang anak, tampak masih belia, namun sudah menunjukkan keteguhan luar biasa. Mereka adalah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, yang keduanya sedang dalam perjalanan menuju tempat pengorbanan.
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu,” ujar Nabi Ibrahim.
Ismail pun menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Itulah momen pengorbanan terbesar dalam sejarah umat manusia. Kisah yang kemudian diabadikan dalam ibadah kurban hingga hari ini. Setiap Idul Adha, umat Islam memperingati kisah ini bukan hanya dengan mengenangnya, tetapi dengan meneladaninya—melalui ibadah kurban.
Kurban: Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Bukti Taqwa
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban itu akan jatuh di suatu tempat di sisi Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka berbahagialah kalian dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Hadits ini mengingatkan kita, bahwa setiap helai bulu, setiap tetes darah, semua tercatat sebagai amal. Bahkan sebelum darahnya menyentuh tanah, Allah sudah menerimanya sebagai bentuk ketaatan.
Ibadah kurban juga menghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda kepada putrinya, Fatimah RA:
"Wahai Fatimah, berdirilah di sisi hewan kurbanmu dan saksikanlah, karena sesungguhnya dari setiap tetes darahnya akan diampuni dosa-dosamu yang telah lalu."
(HR. Al-Bazzar)
Membawa Bahagia untuk Sesama
Selain keutamaan spiritual, kurban juga memiliki nilai sosial yang luar biasa. Daging dari hewan kurban dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Bagi sebagian orang, mungkin hanya di Idul Adha mereka bisa menikmati daging.
Kita tidak hanya beribadah kepada Allah, tapi juga membahagiakan banyak orang. Mungkin mereka tak tahu siapa yang berkurban, tapi senyum mereka adalah doa yang tulus untuk para pekurban.
Yuk, Jangan Lewatkan Momen Ini
Berkurban bukan soal mampu atau tidak, tapi soal niat dan usaha. Bisa dengan satu kambing sendiri, atau gabungan tujuh orang untuk satu sapi. Semua bernilai di sisi Allah, selama dilandasi keikhlasan.
Kalau tahun ini Allah beri kita rezeki lebih, yuk, jangan tunda niat baik ini. Kurban bukan buat pamer, tapi bukti bahwa hati kita peduli dan ingin berbagi.
Gak harus tunggu jadi "sempurna" dulu untuk berkurban. Yang penting ada kemauan, sisanya Allah yang bantu. Yuk, kita hidupkan Idul Adha dengan ibadah kurban, karena di balik tetes darah itu, ada harapan, ada berkah, dan ada cinta dari langit.

0 Komentar